Thursday, October 9, 2014

Contoh Resensi Buku : "Sikap Jiwa Manusia Minang, Lain Dulu, Lain Sekarang"

Sikap Jiwa Manusia Minang,
Lain Dulu, Lain Sekarang
Tugas Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
SMPN 01 2X11 Enam Lingkung

Judul Buku               : Menulusuri Sikap Jiwa Manusia Minang
Pengarang                : Anies Ahmad
Penerbit                    : CV. Pustaka Indonesia, Bukittinggi – PadangJakarta
Tahun Terbit            : 1997
Tebal                          : 88 Halaman

            Sifat-sifat manusia Minang pada buku ini tergambar baik. Namun, berbanding terbalik dengan orang Minang penerus generasi sekarang. Untuk memperbaiki tingkah laku yang telah membelok dari rel-rel norma adat, ada baiknya buku ini ibaca dan direnungkan, dan amat utama ditujukan kepada pemuda-pemudi Minang. Buku ini masih relevan untuk masa sekarang dan perlu dipublikasikan agar khalayak ramai bisa mempelajari kembali etiket-etiket masa lalu, hingga bisa dipertahankan.

            Kelebihan-kelabihan buku karangan Anies Ahmad ini amat banyak, diantaranya, buku ini memuat pandangan-pandangan serta komentar para ahli dari pelbagai bangsa. Juga mengandung pepatah-pepatah Minang hingga dapat menambah wawasan akan seni Bahasa Minang. Pada buku ini dicantumkan pula firman-firman Allah dari Al-Quran, sabda-sabda Rasulullah serta kisah para sahabat nabi yang menjadi patokan adalah Al-Quran.

            Tak ada gading yang tak retak, buku yang berisi sikap-ikap para leluhur inipun memiliki beberap kelemahan, yakni adanya kata-kata sulit dalam bahasa asing yang tidak dimuatkan makananya. Terdapat pada halaman 7, 9, 12, 20, 21 dan masih banyak lagi. Serta masih ada kekilafan dalam pengetikan.

            Dari segi fisik, buku ini terlihat biasa saja. Dicetak hitam-putih dengan kertas HVS. Terkecuali pada sampul (cover). Menarik dengan gambar rumah gadang yang dilengkapi rangkiang. Serta seseorang yang tengah duduk dipunggung kerbau. Lebih indah ditambah lukisan bentangan gunung dan pepohonan yang menyimbolkan keindahan ranah Minang.

            Kesan saya terhadap buku ini, yaitu mengenai tulisan penulis pada halaman 17, yang mngungkapkan aib bagi orang minang menyebut-nyebut kebaikannya dan tabu pula mengingat keburukan orang lain terhadapnya. Namun, dalam kenyataan sekarang hal itu telah terbalik. Dengan bangga mereka menyebut-nyebut baiknya, dan dengan senang hati membicarakan orang lain. Sifat ini, telah melenceng dari kepribadian orang Minang yang sebenarnya dari lubuk filsafat adat minang yang berwujud, “Sumarak jo Sumarai” (kesejahteraan lahir bathin).

            Berbicara tentang prestasi, putra-putri Minang dahulu telah banyak mengukir prestasi dan reputasi serta meraih martabat yang tinggi baik tingkat Nasional maupun ditingkat Internasional. Namun, dimanakah kaum muda-mudi yang telah mambangkik tareh tarandam itu? Sebuah pertanyaan dibenak kita, dan keanehan karena para kaum intelektual itu kini, lebih memilih diam ditempat dan hanya mmikirkan diri sendir hingga lahir lah pepatah baru, “tahimpik nandak diateh, takuruang nandak di lua”.

            Sungguh tragis nasib bangsa ini sekarang. Entah kapan, pemuda-pemudi Minang kembali bangkit dan kembali menggemparkan dunia dengan prestasi-prestasi.


            Semoga, dengan membaca buku ini, kebudayaan, sikap, dan moral orang minang kembali seperti dulu, kembali ke jalur yang telah ditentukan. Hingga kita bisa kembali merasakan hubungan kekerabatan dan tidak saling menindas layaknya kondisi pada zaman sekarang ini.

No comments:

Post a Comment